Kamis, 28 April 2011

Yang Cantik atau Sholihah ya...?

 Sudah menjadi hal yang layak jika seorang laki-laki mendambakan wanita cantik dan sholihah untuk mendampingi hidupnya. Bahkan kalu ada yang mapan, pintar dalam segala hal dan dari keluarga berada. Demikian juga dengan seorang ikhwan pastinya. Meskipun secara teori sholihah adalah kriteria yang seharusnya diutamakan, tapi tak jarang juga ikhwan yang menjadikan kriteria "cantik" sebagai hal yang menentukan dalam memilih akhwat. Beragam alasannya, ada yang beranggapan bahwa akhwat insyaalloh sholihah, tak ada salahnya kan memilih yang cantik diantara mereka, toh kroteria sholihah sudah terpenuhi. Ada pula yang berpikir bahwa setelah menikah seorang istri akan dibawah bimbingan suami, sehingga ketika suami sudah faham dien maka merekapun akan bisa membimbing istri menjadi sesholihah yang mereka harapkan. 

Apapun alasannya, kriteria akhwat cantik yang diajukan seorang ikhwan bukanlah sesuatu yang salah, karena itu hal yang wajar terlebih bagi seorang lelaki yang secara fitroh menyukai wanita cantik. Hanyasaja ketika kriteria tersebut menjadi sebuah keharusan yang tak lagi dapat ditawar lagi tentu ini perlu dikoreksi. Perlu diingat bahwa pasangan bukan hanya sebagai teman, melainkan partner dalam segala hal, terlebih bagi ikhwan yang berkecimpung dalam dunia dakwah. Pernikahannya bukanlah sekedar untu memenuhi hawa nafsu atau melengkapi kisah perjalanan hidup, tetapi ada sebuah tujuan mulia bahwa pernikannya kelak diharapkan memberikan banyak masalahat untuk umat. Adanya partner yang dapat memahami dan membantu segala aktivitas adalah hal urgent. 

Pernah suatu ketika dalam rumah tangga seorang ikhwan sang istri sampai minta cerai kalau suaminya nekat mengikuti kegiatan outbond. Atau dalam kisah yang lain seorang istri melarang suaminya berangkat ta'lim karena ia ingin suaminya ada di rumah untuk membantunya mengurus anak-anak. Hal seperti ini tentu tak perlu terjadi jika sang istri adalah orang yang memahami aktivitas suami dan bahwasanya tujuan hidupnya adalah dalam rangka menggapai ridho Alloh SWT. Justru seharusnya seorang istri mampu membangkitkan semangat suami ketika futur dan mengingatkan ketika prinsip mulai luntur.

Tak mudah membina istri menjadi seperti apa yang kita inginkan. Apalagi jika karakter istri keras atau sangat manja. Untuk itulah, penting bagi aktivis untuk memilih pendamping yang satu visi, misi dan cara pandang. Karena kesekufuan calon pasangan hidup bukanlah dari segi fisik dan harta, tetapi fikrohlah yang utama.Jika ikhwan militan seyogyanya didampingi akhwat militan, demikian juga sebaliknya, karena segala aktivitas istri pastinya harus dengan ijin suaminya.  Jangan sampai disaat munfarid kita menjadi aktivis yang tak kenal lelah memperjuangkan tegaknya islam jutru setelah menikah menjadi futur hanya karena terhalang perbedaan prinsip dengan pasangan kita.

1 komentar: